Umar Ibnu Khattab: Pemimpin Berjiwa Rakyat

Sudah menjadi kebiasaan Umar ibn Khattab, di waktu malam ia ‘meronda’ keliling kota dan kampung untuk melihat secara langsung kondisi rakyatnya. Suatu malam, Umar mendengar tangisan anak-anak di sebuah pondok yang sangat sederhana. Lalu Umar menghampiri pondok tersebut dan mencoba melihat apa yang terjadi. Dia mendengar ibu anak-anak tersebut memasak sesuatu.

Anak-anak yang awalnya menangis, sayup-sayup berhenti melihat ibunya sedang memasak. Namun masakannya tersebut tidak masak-masak sehingga anak-anaknya tertidur dalam kelaparan. Melihat keadaan yang menyayat hati itu, Umar memberi salam dan meminta izin untuk masuk. Wanita itu menyilahkan tamunya untuk masuk dan ia tidak sadar bahwa tamu itu adalah Khalifah Umar bin Khattab.

Umar bertanya tentang kehidupan wanita itu. Wanita itu mengadu bahwa dia dan anaknya sudah berhari-hari tidak makan. Apabila anaknya menangis ingin makanan, dia pura-pura memasak dengan memasukkan beberapa buah batu ke dalam periuk. Melihat keadaan itu, anaknya diam sebentar karena menyangka ibunya memasak sesuatu.

Wanita itu mengadu dan mengutuk Khalifah Umar karena tidak bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Mendengar kutukan wanita itu, Umar terdiam sejenak. Kemudian, dia memohon diri meninggalkan pondok wanita itu.

Dalam kegelapan malam, Umar berjalan menuju ke Baitul Mal (tempat menyimpan kekayaan negara) lalu ia mengambil sendiri beberapa karung gandum dan dipanggulnya untuk dihantarkan ke pondok wanita itu. Salah seorang stafnya mencoba meminta Umar untuk menyerahkan karung itu untuk dibawakan. Namun Umar berkata, “Maukah engkau nanti memanggul dosa-dosa ku di akhirat?” Mendengar perkataan Umar, stafnya tidak berani untuk membantu sang khalifah.

Sampai dipondok wanita itu, Umar memberi salam dan masuk ke rumahnya untuk yang kedua kali. Dia mengambil beberapa liter gandum yang ia panggul tersebut lalu terus memasakkan untuk wanita dan anaknya. Wanita itu masih belum sadar bahwa orang yang datang membawa gandum dan memasak itu ialah khalifahnya sendiri. Setelah siap, Umar sendiri menghidangkan makanan untuk wanita dan anaknya. Dan mereka makan dengan penuh kebahagiaan.

Melihat mereka gembira, Umar merasa amat senang. Lalu dari mulut wanita tersebut muncul kalimat. "Kalaulah Sayyidina Umar berbuat begini, alangkah baiknya....", kata wanita itu tanpa menyadari orang yang berada di hadapannya adalah Sayyidina Umar sendiri.


Note :

Masih adakah pemimpin seperti ini sekarang? Pemimpin yang sanggup meronda pada waktu malam untuk mendengar keluh-kesah rakyatnya.........yang sanggup memasak untuk rakyatnya.........Beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang berani dan kental.....sebelum masuk Islam,, beliau adlah orng yang pling kuat menentang Muhammad tetapi selepas memeluk Islam, beliau menjadi salah seorang pembela Nabi Muhammad.. Renung-renungkanlah wahai saudara-saudaraku..........

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...