Penonton televisyen Channel4 yang popular di England terkejut pada krismas tahun lalu. Setelah ratu Elizabeth II menyampaikan pesanan Natal, tak berselang lama muncul seorang wanita bercadar yang mengucapkan "pesan Natal alternatif". Ia hanya diidentifikasi sebagai Khadijah.
Dari suaranya, para penonton tertanya-tanya siapa wajah dibalik purdah itu. Dari loghat Inggerisnya yang kental, dipastikan dia adalah keturunan Britain, bukan imigran. Tampil dalam acara yang dipandu Jack Straw, ia mengkritik mereka yang berpandangan salah tentang jilbab, dan menyebut jilbab adalah perisai bagi kaum wanita.
Minggu ini, Daily Mail mendedahkan siapa "Khadijah" di balik purdah itu.
Ia adalah Elaine Atkinson, seorang warga Britain berkulit putih yang mengganti nama menjadi Khadijah setelah menganut agama Islam. Meskipun kerap dituding masuk kelompok Islam radikal, namun ia mengaku berfikiran sangat moderat.
Pilihannya mengenakan jilbab - dan sesekali purdah - adalah pilihan sadar yang dibuatnya untuk melindungi diri. Wanita berusia 38 tahun ini menyatakan, sebelum menganut Islam, ia bak "hamster yang berlari di treadmill di kandang". "Pub dan konsumtif adalah trademark saya," ujarnya mengenang.
Di lingkungannya, dia dikenali sebagai seorang feminis radikal. Neneknya adalah aktivis feminis yang menuntut hak pilih bagi perempuan Britain (suffragette).
Abangnya bekerja sebagai tentera Britain, dan sekarang tengah bertugas di Afghanistan.
Pernah menentang segala bentuk pernikahan, ia akhirnya "tunduk" saat dilamar seorang Muslim kelahiran Britain berasal dari Pakistan, Iqbal.
Pernikahan ini pula yang membuat hubungan keluarganya retak.
Atkinson, ibu satu anak, didekati oleh Channel4 untuk memberikan alternatif pesan Natal, setelah perempuan berkerudung yang dipilih sebalumnya, Khadijah Ravat, seorang guru berusia 33 tahun, meletakkan jawatan kerapan publisiti yang negatif.
Channel4 mengatakan akan menutup identiti aslinya, bersama dengan wajah, untuk memungkinkan penonton untuk fokus pada kata-katanya, bukan kepribadiannya.
Atkinson lahir tahun 1968 di barak tentera kota Wiltshire. Ia menyatakan, ia tak pernah bersinggungan dengan kaum Muslim sebelumnya. Menginjak dewasa, ia meninggalkan kotanya untuk menjadi pekerja sosial di London.
Tapi pada tahun 1996 dia tiba-tiba menjadi tertarik pada Quran, dan mulai menghadiri acara-acara keagamaan di Masjid Regent's Park di pusat ibukota. "Teman-teman dan keluarga selalu menggambarkan hal-hal yang negatif tentang Islam. Namun justeru saya ingin menyelami lebih dalam," ujarnya.
Ia misalnya, cuba menyelami fikih Muslimah. Pasalnya, feminisme dan Islam kerap dipandang bak minyak dan air. "Intinya, Islam adalah agama penindas perempuan," ujarnya.
Namun dari apa yang dibacanya, ia menemukan hal sebaliknya. Islam justeru memuliakan perempuan. "Kalau saja mereka dapat membuka mata dan melihat kerusakan, maka yang menyebabkannya adalah diri mereka sendiri," ujarnya.
Di tengah perjalanan menyelami Islam itulah, ia bertemu Dr Zahid Iqbal, lelaki yang menjadi suaminya sekarang. Kini Khadijah Iqbal, namanya sekarang, tinggal di Southampton, tempat suaminya mengabdi sebagai seorang doktor. Mereka tinggal di sebuah rumah senilai 350 ribu poundsterling dengan tiga kamar tidur besar di Barking, London Timur. Dia meninggalkan nama lamanya sejak empat tahun lalu.
Ia kini aktif di kelompok pembinaan mualaf perempuan dan secara berkala memandu siaran di sebuah radio tempatan. -dailymail-
Dari suaranya, para penonton tertanya-tanya siapa wajah dibalik purdah itu. Dari loghat Inggerisnya yang kental, dipastikan dia adalah keturunan Britain, bukan imigran. Tampil dalam acara yang dipandu Jack Straw, ia mengkritik mereka yang berpandangan salah tentang jilbab, dan menyebut jilbab adalah perisai bagi kaum wanita.
Minggu ini, Daily Mail mendedahkan siapa "Khadijah" di balik purdah itu.
Ia adalah Elaine Atkinson, seorang warga Britain berkulit putih yang mengganti nama menjadi Khadijah setelah menganut agama Islam. Meskipun kerap dituding masuk kelompok Islam radikal, namun ia mengaku berfikiran sangat moderat.
Pilihannya mengenakan jilbab - dan sesekali purdah - adalah pilihan sadar yang dibuatnya untuk melindungi diri. Wanita berusia 38 tahun ini menyatakan, sebelum menganut Islam, ia bak "hamster yang berlari di treadmill di kandang". "Pub dan konsumtif adalah trademark saya," ujarnya mengenang.
Di lingkungannya, dia dikenali sebagai seorang feminis radikal. Neneknya adalah aktivis feminis yang menuntut hak pilih bagi perempuan Britain (suffragette).
Abangnya bekerja sebagai tentera Britain, dan sekarang tengah bertugas di Afghanistan.
Pernah menentang segala bentuk pernikahan, ia akhirnya "tunduk" saat dilamar seorang Muslim kelahiran Britain berasal dari Pakistan, Iqbal.
Pernikahan ini pula yang membuat hubungan keluarganya retak.
Atkinson, ibu satu anak, didekati oleh Channel4 untuk memberikan alternatif pesan Natal, setelah perempuan berkerudung yang dipilih sebalumnya, Khadijah Ravat, seorang guru berusia 33 tahun, meletakkan jawatan kerapan publisiti yang negatif.
Channel4 mengatakan akan menutup identiti aslinya, bersama dengan wajah, untuk memungkinkan penonton untuk fokus pada kata-katanya, bukan kepribadiannya.
Atkinson lahir tahun 1968 di barak tentera kota Wiltshire. Ia menyatakan, ia tak pernah bersinggungan dengan kaum Muslim sebelumnya. Menginjak dewasa, ia meninggalkan kotanya untuk menjadi pekerja sosial di London.
Tapi pada tahun 1996 dia tiba-tiba menjadi tertarik pada Quran, dan mulai menghadiri acara-acara keagamaan di Masjid Regent's Park di pusat ibukota. "Teman-teman dan keluarga selalu menggambarkan hal-hal yang negatif tentang Islam. Namun justeru saya ingin menyelami lebih dalam," ujarnya.
Ia misalnya, cuba menyelami fikih Muslimah. Pasalnya, feminisme dan Islam kerap dipandang bak minyak dan air. "Intinya, Islam adalah agama penindas perempuan," ujarnya.
Namun dari apa yang dibacanya, ia menemukan hal sebaliknya. Islam justeru memuliakan perempuan. "Kalau saja mereka dapat membuka mata dan melihat kerusakan, maka yang menyebabkannya adalah diri mereka sendiri," ujarnya.
Di tengah perjalanan menyelami Islam itulah, ia bertemu Dr Zahid Iqbal, lelaki yang menjadi suaminya sekarang. Kini Khadijah Iqbal, namanya sekarang, tinggal di Southampton, tempat suaminya mengabdi sebagai seorang doktor. Mereka tinggal di sebuah rumah senilai 350 ribu poundsterling dengan tiga kamar tidur besar di Barking, London Timur. Dia meninggalkan nama lamanya sejak empat tahun lalu.
Ia kini aktif di kelompok pembinaan mualaf perempuan dan secara berkala memandu siaran di sebuah radio tempatan. -dailymail-
0 comments:
Post a Comment